Tahun
2012 telah kita tinggalkan sepekan yang lalu. Banyak kenangan manis dan
pahit yang telah saya dapatkan sepanjang tahun itu. Sungguh sebuah
tahun terbaik (sekaligus terburuk) bagi saya. Tidak akan pernah saya
lupakan hingga nafas berhembus untuk terakhir kalinya. Dalam postingan
ini, tentu saya tidak akan berceloteh mengenai kehidupan pribadi saya
mengingat blog ini dikhususkan untuk membahas mengenai film - atau
apapun yang berkaitan dengan film. Seperti kebiasaan saya (dan kebiasaan
miliaran penggemar film di seluruh dunia) setiap menjelang akhir tahun
atau jika terlambat, usai tahun baru, maka saya pun menghadirkan untuk
kalian pagelaran 'Film Terbaik 2012' yang rencananya akan berlangsung
sepanjang minggu ini (semoga...). Jika di tahun sebelumnya saya langsung
membukanya dengan deretan 20 film terbaik secara keseluruhan, maka
untuk kali ini saya akan mengawalinya terlebih dahulu dengan '12 Film
Indonesia Terbaik 2012 Versi Cinetariz'. Anda pasti bertanya-tanya, ada
apakah gerangan?
Well...
Diakui atau tidak, tahun 2012 adalah salah satu tahun terbaik bagi
perfilman Indonesia. Salah satu film produksi anak bangsa, The Raid,
mendapat puja puji dari berbagai pihak dan kritikus asing serta
berkesempatan untuk menembus Amerika Serikat yang notabene dingin
terhadap produk asing. Selain itu, berita menggembirakan pun datang dari
sejumlah sineas yang berhasil memboyong film buatan mereka untuk
bertarung di berbagai festival film bertaraf internasional serta turut
membawa oleh-oleh berupa piala saat kembali ke Indonesia. Apakah masih
ada lagi? Ya... di penghujung tahun 2012, kita berkesempatan untuk
menyaksikan bagaimana film Indonesia menjadi tuan rumah di negerinya
sendiri. Habibie & Ainun serta 5 cm saling
berkompetisi untuk meraih 2 juta penonton yang mana sudah sangat sulit
diraih oleh film nasional manapun saat ini, termasuk The Raid.
Dengan segala gegap gempita terhadap perfilman Indonesia sepanjang tahun
2012 lalu, masihkah ada dari Anda yang memandang rendah film
Indonesia?
Bahkan
saking banyaknya film Indonesia yang bagus sepanjang 2012, saya sempat
pusing tujuh keliling saat berusaha untuk menyusun daftar ini. Ada cukup
banyak film yang terpaksa saya korbankan dengan menimbang satu dan lain
hal. Tentunya, pemilihan 12 film yang berhasil lolos ke tahap akhir ini
dipengaruhi oleh selera sehingga jika ada pro dan kontra yang
menyertai, maka itu sesuatu yang teramat wajar. Sebelum saya membawa
Anda ke posisi 12 teratas, izinkanlah saya untuk mengungkap 'honorable mentions' terlebih dahulu.
* Honorable mentions:
- Sampai Ujung Dunia
Dan... akhirnya, inilah 12 film Indonesia terbaik 2012 versi Cinetariz:
Memang bukan yang terbaik dari seorang Joko Anwar, akan tetapi Modus Anomali
tetaplah sebuah film yang menarik untuk disimak terlebih bagi Anda yang
menggemari film thriller dengan segudang teka-teki di dalamnya. Jalinan
kisahnya yang penuh misteri digeber sejak menit pertama yang membuat
penonton bertanya-tanya, “apa yang sesungguhnya terjadi?”, “siapa dia?”,
atau “mengapa mereka?.”
Melalui
enam kisah berbeda warna yang terkadang cerah ceria, namun seringkali
cenderung suram, Salman Aristo memotret kehidupan warga Jakarta dengan
menjumput segelintir sampel. Meski dituturkan secara sederhana, Jakarta Hati
terasa istimewa lantaran kedalaman emosi yang disuntikkan ke dalam
jalinan penceritaannya serta performa memukau dari jajaran pemainnya.
Kemenangan besarnya di FFI 2012 tempo hari memang membuat dahi ini mengernyit, akan tetapi saya tidak menampik bahwa Tanah Surga... Katanya
adalah salah satu film terbaik produksi anak bangsa dari tahun lalu.
Naskah bernas garapan Danial Rifki sanggup berbicara lantang kala
melancarkan sindiran-sindiran serta gugatan kepada pemerintah yang
seolah masa bodoh terhadap nasib wong cilik.
Inilah film romansa dari Indonesia yang memiliki cita rasa Korea Selatan. Hello Goodbye
mempunyai takaran yang pas dan tidak kelewat berlebihan tatkala
mengumbar romantisme. Dialog-dialognya yang mengalir lancar, kuat, dan
lucu menjadi kekuatan utama dari film perdana Titien Wattimena ini
disamping chemistry luar biasa antara Atiqah Hasiholan dengan Rio
Dewanto serta soundtrack dari Eru yang bikin candu.
8. Mata Tertutup
Saat pertama kali menyimak Mata Tertutup,
saya terperangah. Tidak hanya disebabkan oleh pengisahannya yang
setapak demi setapak semakin membangkitkan minat serta emosi, tetapi
juga setelah saya menyadari bahwa inilah pertama kalinya saya
benar-benar bisa menikmati karya Garin Nugroho. Mata Tertutup yang dibuat dengan niat untuk keperluan pendidikan sama sekali tidak terasa menggurui berkat penyampaiannya yang personal.
Rayya Cahaya di Atas Cahaya
adalah sebuah film Indonesia yang sangat indah yang mengulik perjalanan
seseorang yang memertemukannya dengan jati dirinya yang sebenarnya
serta menemukan makna lain dari kebahagiaan. Menjadi sebuah ‘comeback’
yang sempurna bagi Viva Westi setelah terjebak dalam film-film ala
kadarnya, film ini turut ‘bercahaya’ berkat kolaborasi akting Titi
Sjuman dan Tio Pakusadewo yang cemerlang serta tentunya deretan gambar
yang memanjakan mata.
Sebagian
orang memilih untuk mengacuhkan film ini lantaran pilihan judulnya yang
seolah menyiratkan bahwa ini film ‘nggak bener’. Sungguh sayang sekali
jika Anda berpikiran seperti itu karena Test Pack adalah sebuah
film drama komedi terkuat tahun lalu dengan jalinan kisah yang
menggelitik sekaligus menguras emosi. Reza Rahadian berduet maut dengan
Acha Septriasa yang memberikan akting terbaik dalam sejarah karirnya.
Sangat pantaslah dia menenteng Piala Citra dari FFI 2012.
Terlepas dari product placement-nya yang tidak bisa diterima oleh akal sehat, Habibie & Ainun
adalah sebuah film yang sangat cantik. Faozan Rizal memberikan sebuah
bingkisan akhir tahun yang manis, lembut, dan hangat bagi masyarakat
Indonesia. Sulit untuk tidak menitikkan air mata usai menyaksikan film
ini di layar lebar. Kekuatan di sektor naskah dan teknis semakin
ditunjang oleh akting kelas wahid dari Reza Rahadian yang nampak melebur
dengan karakter yang dibawakannya.
4. Lovely Man
Teddy
Soeriaatmadja dengan nekat mengapungkan tema yang provokatif bagi
masyarakat Indonesia untuk film panjang keenamnya. Bertutur mengenai
reuni penuh kecanggungan di suatu malam antara seorang gadis pesantren
berjilbab dengan sang ayah yang menjelma sebagai waria di malam hari. Lovely Man
yang memiliki penceritaan sangat baik dengan serangkaian dialog yang
terasa intim, emosional, sekaligus menohok serasa kian menawan berkat
sejumlah shot cantik yang terkandung di dalam film serta permainan
sempurna dari Donny Damara dan Raihaanun. Dua jempol ke atas.
3. Negeri di Bawah Kabut
Dalam
khasanah perfilman Indonesia, pengertian film dokumenter tidak
jauh-jauh dari reportase investigatif. Yang berani untuk bereksperimen,
jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Negeri di Bawah Kabut adalah
salah satu dari kelompok kecil itu. Cara bertuturnya yang mempergunakan
alur dan dialog alih-alih berupa wawancara panjang menjemukan membuat
film enak untuk disantap. Geli menyimak tingkah polah warga desa yang
polos, terharu menyaksikan perjuangan mereka dalam mengatasi serangkaian
permasalahan yang tidak henti-hentinya mendera, dan terkesima melihat
panorama pegunungan Merbabu yang ‘Subhanallah’ cantik sekali.
The Raid
adalah jawaban atas pertanyaan ‘kapan perfilman Indonesia bisa membuat
film laga yang seru?’ yang telah dilayangkan menahun. Tanpa dibekali
skrip yang memadai, Gareth Evans tetap sanggup membuat penonton duduk
manis di dalam bioskop dan terpukau menyaksikan gelaran aksi yang
ditebar nyaris tanpa putus yang memacu adrenalin. Desingan peluru, baku
hantam, hingga muncratan darah adalah apa yang akan Anda dapatkan saat
menyaksikan film ini. Penonton terlalu sibuk untuk dibuat tegang,
bersorak sorai, atau malah mengumpat sehingga dapat memaafkan plot-nya
yang setipis kertas.