Translate

Sabtu, 27 Juli 2013

Tentara Muslim dan NAZI Jerman

Tentara Muslim diduga telah memberikan banyak bantuan bagi kekuatan perang NAZI Jerman pada Perang Dunia kedua. Banyak bukti-bukti yang dikeluarkan yang mendukung pendapat tersebut. Apakah memang betul tentara dari pasukan Muslim bergabung dengan NAZI Jerman? Berikut beberapa catatan tentang Tentara Muslim dan NAZI Jerman.

Tentara Muslim dan NAZI Jerman

Tentara Muslim dan NAZI Jerman


Pada Perang Dunia Pertama, Jerman yang saat itu masih berupa kerajaan merupakan sekutu Turki Utsmaniyah dalam menghadapi Kerajaan Inggris dan sekutu-sekutunya. Negara-negara Islam marah kepada Inggris dan Perancis, negara yang banyak menjajah Negara-negara Islam karena janji-janji kemerdekaan yang tak kunjung diberikan kepada mereka.

Tentara Muslim dan NAZI Jerman


Situasi ini kemudian dimanfaatkan oleh para elit politik Jerman untuk memperoleh dukungan dari negara-negara Islam, karena mereka memiliki musuh yang sama. Karl Haushofer dan Otto Strasser sangat ingin adanya "Kekuatan Ketiga" di Eropa yang oposisi terhadap Kapitalisme dan Komunisme Soviet. Tujuan utama NAZI Jerman dalam hal ini adalah untuk memenangkan "kaum tak berpunya" yakni Kaum Muslim dalam melawan "kaum berpunya" yakni Inggris dan sekutu-sekutunya.

Tentara Muslim dan NAZI Jerman


Pada tahun 1941 tercatat hampir 200.000 orang Islam tergabung dalam Schutzstaffel atau yang lebih dikenal dengan SS, 30.000 bergabung di Wehrmact dan sekitar 5.000 bergabung di Kriegzmarine. Kemudian pada Desember 1941, terbentuk Kaukasische-Mohammedanische Legion (Legiun Muslim Kaukasus) yang anggotanya Muslim Azerbaijan dan Negara-negara Kaukasus.

Tentara Muslim dan NAZI Jerman


Awal 1942, Legiun itu dipecah menjadi dua, Legiun Kaukasus Utara dan Legiun Azerbaijan. Keduanya ada di Wehrmacht. Di Army nya sendiri, dibentuk pula Azeri SS Volunteer Formations yang nantinya, akan dilibatkan dalam Penumpasan Warsaw Uprising pada tahun 1944. Turki yang sebelumnya adalah Sekutu Jerman saat Perang Dunia Pertama, tidak bergabung dengan Axis Force karena posisinya sebagai Negara Netral.

Tentara Muslim dan NAZI Jerman


Di Independent State of Croatia, yg merupakan "Puppet State" Nazi memberlakukan undang-undang yg memperbolehkan Umat Islam melakukan aktivitas umum. Di Zagreb, juga banyak dibangun Masjid-Masjid dan Madrasah yg didanai oleh Pemerintah setempat.

Kembali ke Nazi Jerman. Kebanyakan Pasukan Muslim ini dikirimkan ke Front Timur, terutama ke Soviet.

Tentara Muslim dan NAZI Jerman


Setelah Perang Dunia Kedua berakhir dengan kekalahan "lagi" bagi Nazi Jerman, Legiun Muslim dibubarkan dan mereka kembali ke kampung halamannya masing-masing. Tercatat, hampir 650.000 Pasukan Muslim eks. Legiun Muslim Nazi akan bertempur di Pihak Arab pada Arab-Israeli War 1948.

Sumber: @TweetMiliter

RAHSIA BANGUNAN BAWAH TANAH RUSIA TERBONGKAR

Rahsia yang disimpan oleh Rusia selama ini telah terbongkar! Sebenarnya poster-poster di bawah adalah ilustrasi kreatif oleh Saatchi & Saatchi Russia untuk kempen mempromosikan Schusev State Museum of Architecture yang terletak di Moscow.


Idea yang sangat bagus, bukan sahaja untuk mempromosikan sesebuah bangunan, malah juga mercu tanda sesebuah negara. Kalaulah mercu tanda yang ada di malaysia ini seperti Menara Berkembar Petronas, Menara Tun Mustapha, Gunung Kinabalu dan lain-lain dibuat poster seperti di atas, ianya mesti menjadi poster limited edition yang harus dimiliki.
Cool!
Rahsia Bangunan Bawah Tanah Rusia Terbongkar
discover the full story advertisement 1d Rahsia Bangunan Bawah Tanah Rusia Terbongkar
discover the full story advertisement 2 Rahsia Bangunan Bawah Tanah Rusia Terbongkar
discover the full story advertisement 2d Rahsia Bangunan Bawah Tanah Rusia Terbongkar
discover the full story advertisement 3 Rahsia Bangunan Bawah Tanah Rusia Terbongkar
discover the full story advertisement 3d Rahsia Bangunan Bawah Tanah Rusia Terbongkar



Read more: http://www.mytrueinfo.net/2013/04/rahsia-bangunan-bawah-tanah-rusia_9.html#ixzz2aIslp8PS

Sabtu, 20 Juli 2013

Sejarah Perang Dunia I


peace
Perang Dunia I (juga dinamakan Perang Dunia Pertama, dan nama dalam bahasa Inggris lainnya: Great War, War of the Nations, dan “War to End All Wars” (Perang untuk Mengakhiri Semua Perang) adalah sebuah konflik dunia yang berlangsung dari tahun 1914 hingga tahun 1918. Perang ini dimulai setelah Pangeran Ferdinand dari Austria dibunuh anggota kelompok teroris Serbia, Gavrilo Principe di daerah Sarajevo
Tidak pernah terjadi sebelumnya konflik sebesar ini, baik dari jumlah tentara yang dikerahkan dan dilibatkan, maupun jumlah korbannya. Senjata kimia digunakan untuk pertama kalinya, pemboman massal warga sipil dari udara dilakukan, dan banyak dari pembunuhan massal berskala besar pertama abad ini berlangsung saat perang ini. Empat dinasti, Habsburg, Romanov, Ottoman dan Hohenzollern, yang mempunyai akar kekuasaan hingga zaman Perang Salib, seluruhnya jatuh setelah perang.
Perang Dunia I menandai berakhirnya monarki absolutisme di Eropa. Ia juga menjadi pemicu Revolusi Rusia, yang akan menginspirasi revolusi lainnya di negara lainnya seperti Tiongkok dan Kuba, dan akan menjadi basis bagi Perang Dingin antara Uni Soviet dan AS. Kekalahan Jerman dalam perang ini dan kegagalan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang masih menggantung yang telah menjadi sebab terjadinya Perang Dunia I akan menjadi dasar kebangkitan Nazi, dan menjadi sebab pecahnya Perang Dunia II pada 1939. Ia juga menjadi dasar bagi peperangan bentuk baru yang sangat bergantung kepada teknologi, dan akan melibatkan non-militer dalam perang seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya.
LATAR BELAKANG
1. Pembunuhan Pangeran Austria Franz Ferdinand oleh kelompok teroris Serbia, Gavrilo Principe di Sarajevo, Bosnia. Principe menganggap bahwa latihan perang tentara Austria di Bosnia adalah pelecehan terhadap Serbia. Bosnia sendiri adalah negara sengketa antara Austria dan Serbia.
Kemudian Austria memberi ultimatum Serbia jika Principe tidak diserahkan (ke Austria) dalam waktu satu bulan, maka Austria akan menyerang Serbia
Serbia yang melindungi warga negaranya, tidak mau menyerahkan Principe. Serbia berani menentang Austria karena Rusia berjanji akan membantu Serbia jika Serbia diserang Austria.
Maka pada tanggal 28 Juli 1914 Austria menyerang Serbia.
2. Persaingan merebut daerah sumber bahan baku, penanaman modal, dan daerah pemasaran.
3. Munculnya persekutuan / Blok persaingan politik antar negara-negara Eropa : Triple Alliance : Jerman, Austria, Italia, Triple Entente : Inggris, Perancis, Uni Soviet
Di Eropa abad ke-19, penjajahan tersebar luas. Kekuatan bangsa Eropa seperti Inggris dan Prancis telah membangun kekuasaan penjajahan di keempat penjuru dunia. Jerman, yang telah membangun kesatuan politiknya lebih lama daripada negara-negara lain, bekerja keras untuk menjadi pelopor dalam perlombaan ini.
Pada awal abad ke-20, hubungan yang didasarkan pada kepentingan telah membagi Eropa menjadi dua kutub yang berlawanan. Inggris, Prancis, dan Rusia berada di satu pihak, dan Jerman beserta Kekaisaran Austria-Hungaria yang diperintah oleh keluarga Hapsburg asal Jerman berada di pihak lainnya.
Ketegangan antara kedua kelompok ini semakin hari semakin meningkat, hingga akhirnya suatu pembunuhan pada tahun 1914 menjadi pemicu perang. Pangeran Franz Ferdinand, pewaris tahta Kekaisaran Austria-Hungaria, dibunuh oleh kaum nasionalis Serbia yang berusaha menekan pengaruh kekaisaran tersebut di daerah Balkan.
Dalam kurun waktu yang amat singkat, hasutan setelah peristiwa ini menyeret seluruh benua Eropa ke dalam kancah peperangan. Pertama, Austria-Hungaria menyatakan perang kepada Serbia. Rusia, sekutu abadi bangsa Serbia kemudian menyatakan perang terhadap Austria-Hungaria.
Lalu satu demi satu, Jerman, Inggris, dan Prancis, memasuki peperangan. Sumbu sudah dinyalakan.
Bahkan sebelum perang dimulai, Dewan Jenderal Jerman telah membuat rencana dan memutuskan untuk menguasai Prancis melalui serangan mendadak. Untuk mencapai tujuan ini, orang-orang Jerman memasuki Belgia dan kemudian melintasi perbatasan memasuki Prancis. Menanggapi dengan cepat, pasukan Prancis menghentikan pasukan Jerman di tepi Sungai Marne dan memulai suatu serangan balik.
SITUASI PERANG DI PARIT PERLINDUNGAN
Parit PD 1
Perang Dunia menjadi terkenal dengan peperangan parit perindungannya, di mana sejumlah besar tentara dibatasi geraknya di parit-parit perlindungan dan hanya bisa bergerak sedikit karena pertahanan yang ketat. Ini terjadi khususnya terhadap Front Barat. Lebih dari 9 juta jiwa meninggal di medan perang, dan hampir sebanyak itu juga jumlah warga sipil yang meninggal akibat kekurangan makanan, kelaparan, pembunuhan massal, dan terlibat secara tak sengaja dalam suatu pertempuran, terjebak diantara peperangan.
Perang parit menjadi strategi utama Perang Dunia Pertama. Selama beberapa tahun berikutnya, bisa dikatakan, para serdadu hidup dalam parit-parit ini. Kehidupan di sana benar-benar sulit. Para prajurit hidup dalam ancaman terus-menerus dibom, dan mereka tak henti-hentinya menghadapi ketakutan dan ketegangan yang luar biasa. Mayat mereka yang telah tewas terpaksa dibiarkan di tempat-tempat ini, dan para serdadu harus tidur di samping mayat-mayat tersebut. Bila turun hujan, parit-parit itupun dibanjiri lumpur yang membatasi gerak mereka.
Parit PD 2
Lebih dari 20 juta serdadu yang bertempur di Perang Dunia I mengalami keadaan yang mengerikan di dalam parit-parit ini, dan sebagian besar meninggal di sana. Dalam beberapa minggu setelah dimulai oleh serangan Jerman pada tahun 1914, garis barat perang ini sebenarnya terpaku di jalan buntu. Para serdadu yang bersembunyi di parit-parit ini terjebak dalam jarak yang hanya beberapa ratus meter jauhnya satu sama lain. Setiap serangan yang dilancarkan sebagai upaya mengakhiri kebuntuan ini malah menelan korban jiwa yang lebih banyak.
STRATEGI JERMAN
Pasukan Jerman
Di awal tahun 1916, Jerman mengembangkan rencana baru untuk mendobrak garis barat. Rencana mereka adalah secara mendadak menyerang kota Verdun, yang dianggap sebagai kebanggaan orang Prancis. Tujuan penyerangan ini bukanlah memenangkan perang, melainkan menimbulkan kerugian yang besar di pihak tentara Prancis sehingga melemahkan perlawanan mereka. Kepala staf Jerman Falkenhayn memperkirakan bahwa setiap satu serdadu Jerman saja dapat membunuh tiga orang serdadu Prancis.
Serangan dimulai pada tanggal 21 Febuari. Para pemimpin Jerman memerintahkan serdadunya untuk “keluar dari parit mereka,” namun tiap serdadu yang melakukannya justru telah tewas atau sekarat dalam sekitar tiga menit. Meskipun penyerangan berlangsung tanpa henti selama berbulan-bulan, Jerman gagal menduduki Verdun.
Secara keseluruhan, kedua pihak kehilangan sekitar satu juta serdadu. Dan dengan pengorbanan itu, garis depan hanya berhasil maju sekitar 12 kilometer. Satu juta orang mati demi selusin kilometer.
BALASAN INGGRIS
Perang Dunia 1
Inggris membalas serangan Jerman di Verdun dengan Pertempuran Somme. Pabrik-pabrik di Inggris membuat ratusan ribu selongsong meriam.
Rencana Jendral Douglas Haig mendorong Pasukan Inggris untuk menghujani dengan pengeboman terus-menerus selama seminggu penuh, yang diikuti dengan serangan infanteri. Dia yakin mereka akan maju sejauh 14 kilometer di hari pertama saja dan kemudian menghancurkan semua garis pertahanan Jerman dalam satu minggu.
Serangan dimulai pada tanggal 1 Juni. Pasukan meriam Inggris menggempur pertahanan Jerman selama seminggu tanpa henti. Di akhir minggu tersebut, para perwira Inggris memerintahkan serdadunya memanjat keluar dari parit. Namun, selama pengeboman tersebut para serdadu Jerman berlindung dengan rapat di kedalaman parit persembunyian mereka sehingga tidak terlumpuhkan dan menggagalkan rencana Inggris. Begitu serdadu Inggris bergerak melintasi garis depan, serdadu Jerman muncul menyerang mereka dengan senapan mesinnya. Sejumlah total 20.000 serdadu Inggris tewas dalam beberapa jam pertama perang tersebut. Di dalam kegelapan malam itu, daerah di antara dua garis pertempuran penuh dengan puluhan ribu mayat dan juga serdadu yang terluka, yang mencoba merangkak mundur.
Pertempuran Somme tidak berlangsung dua minggu seperti yang direncanakan Jendral Haig, melainkan lima bulan. Bulan-bulan ini tidak lebih daripada pembantaian. Para jendral bertubi-tubi mengirimkan gelombang demi gelombang serdadu mereka menuju kematian yang telah pasti. Di akhir pertempuran, kedua belah pihak secara keseluruhan telah kehilangan 900.000 prajuritnya. Dan untuk ini, garis depan bergeser hanya 11 kilometer. Para serdadu ini dikorbankan demi 11 kilometer saja.
JUMLAH KORBAN
pasukan PD1
* Belgia: 13.700
* Kekaisaran Britania: 908.000
o Australia: 60.000
o Kanada: 55.000
o India: 25.000
o Selandia Baru: 16.000
o Afrika Selatan: 7.000
o Inggris: 715.000
* Perancis: 1.354.000
* Yunani: 5.000
* Italia: 650.000
* Jepang: 300
* Rumania: 336.000
* Rusia: 1.700.000
* Serbia: 450.000
* AS: 50.600
Kekuatan As ( Axis Powers ): 3.382.500
* Austria-Hungaria: 1.200.000
* Bulgaria: 87.500
* Jerman: 1.770.000
* Kerajaan Ottoman: 325.000
Warga sipil: 6.493.000
* Austria: 300.000
* Belgia: 30.000
* Inggris: 31.000
* Bulgaria: 275.000
* Perancis: 40.000
* Jerman: 760.000
* Yunani: 132.000
* Rumania: 275.000
* Rusia: 3.000.000
* Serbia: 650.000
* Kerajaan Ottoman: 1.000.000
Kedua belah pihak melakukan lebih banyak serangan lagi selama Perang Dunia I, dan setiap serangan ini menjadi pembantaian diri sendiri. Di kota Ipres di Belgia saja, berlangsung tiga pertempuran. Setengah juta serdadu tewas di pertempuran ketiga saja. Setiap serangan berakibat sama: Ribuan nyawa melayang hanya untuk maju beberapa kilometer.
Peperangan yang mengerikan ini, yang tidak punya alasan kuat, menelan nyawa orang tak bersalah yang tak terhitung banyaknya. Banyak orang kehilangan saudaranya atau harus meninggalkan rumahnya.
Korban PD 2
Korban PD 3
AKHIR PEPERANGAN
Kekalahan Jerman di Front Barat mengakibatkan kehidupan rakyat semakin bertambah susah. Keadaan Jerman seperti ini menimbulkan gerakan dari kaum komunis (spartacis) yang hendak menggulingkan pemerintahan. Jerman menghadapi serangan dua kali yaitu dari pihak sekutu dan pemberontakan dari kaum komunis. Karena serangan itu Jerman terpaksa menyerah pada tahun 1918. Hitler menamakan gerakan spartacis itu sebagai tusukan pisau dari belakang punggung Jerman, yang menyebabkan Kaisar Wilhelm II turun takhta dan pemerintahan dipegang oleh Elbert (beraliran sosialis). Akhirnya, Jerman dijadikan republik dan selanjutnya menyerah kepada pihak sekutu.
Sementara itu di Austria timbul pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh kaum komunis dan kaum Slavia, yang mengakibatkan Kaisar Karl (pengganti Kaisar Frans Joseph II) terpaksa turun takhta tahun 1918 sehingga Austria-Hongaria menjadi republik.
Setelah Perang Dunia I berakhir, baik negara-negara yang menang perang maupun yang kalah perang sibuk mengadakan perjanjian-perjanjian damai seperti : Perjanjian Versailles, Perjanjian St.Germain, Perjanjian Neuilly, Perjanjian Trianon, dan Perjanjian Sevres.
Korban PD1
Pada tahun 1918, Perang Dunia I akhirnya berakhir, setelah empat tahun serangan tanpa guna di tangan tentara Jerman, Prancis, dan Inggris. Namun perdamaian ini, yang dinyatakan pada jam 11 pagi, hari kesebelas dari bulan kesebelas, tidak membawa kebahagiaan untuk siapa pun. Ratusan ribu serdadu menjadi cacat. Sebagian lainnya terbukti tidak mampu mengatasi dampak kejiwaan karena perang setelah tinggal di dalam parit yang penuh dengan lumpur, kotoran, dan mayat. Bentuk trauma yang dikenal sebagai “shell shock” atau “kejutan bom” sangat umum di antara para veteran perang, dan hal ini menyebabkan penderitanya mengalami serangan ketakutan dan goncangan yang berat. Rasa takut akan dibom, yang mereka alami setiap hari selama empat tahun berturut-turut, telah terukir di benak mereka. Ada beberapa penderita yang merasa harus segera bersembunyi hanya karena kata ‘bom’ disebutkan. Beberapa veteran bahkan merasa ngeri setiap kali mereka melihat seragam. Puluhan ribu serdadu juga kehilangan satu atau lebih anggota badannya dalam perang ini. Serdadu ini adalah tentara yang mata, dagu, atau hidungnya menjadi cacat selama pengeboman, sehingga topeng khusus diciptakan di Eropa untuk menyembunyikan wajah mereka yang cacat.
Korban PD 4